We have set up a long term Cash Bonanza for you

TARIQAT KHALWATIAH SAMMANIYAH

Banyak jalan menuju Roma kata orang.  Tapi untuk menuju Insan Kamil ( manusia sempurna ) jalanya hanya satu.  Itu setidaknya menurut Sheikh Muhammad Saman, guru Tariqah Khalwatiyah Sammaniyah yang hidup pada abad 17  di Medinah.  Untuk menjadi Insanul Kamil  ( manusia sempurna ) hanya ada satu koridor  yang bernama Nabi Muhammad.  Itu sebabnya orang yang menggapai sebagai Insanul Kamil menurut Sheikh Muhammad Samman merupakan hakekat tempat “ bayangan “ Tuhan, harus mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad.  Dalam pandangan Sheikh Muhammad Samman, Nabi Muhammad merupakan wujud insanul kamil itu sendiri.

Sheikh Muhammad Samman adalah seorang adalah seorang ulama ahli syariat batin terkemuka di Madinah yang hidup pada tahun 1718-1775.  Kegiatan suluknya dikembangkan  dalam Tariqat khalwatiah  Sammaniyah yang masuk ke Kesultanan Buthuuni menurut kabenci-kabenci yang ada di bawah oleh Sheikh Muhammad ibn Syais Al Makki merupakan guru dari Sultan La Ode Muhammad Idrus Kaimuddin ( Sultan 29 ) sebagaimana dalam syair kabanti yang ditulis oleh La Ode Idrus Kaimuddin :
Kai rangoku  yi guruku mancuana                   dan yang aku dengar dari guruku
Miana Makkah Muhammad siytu                    orang Mekkah Muhammad itu
Alaihi rahmatullah                                          semoga dirahmati Allah
Sedangkan di Sumatera Tariqat ini di bawah oleh muridnya yang bernama Abdul Samad Al Palembani.  Dasar penting dalam Tariqat Khalwatiah Sammaniyah ini adalah “ Gambaran Tuhan yang awalnya merupakan suatu perbendaharaan yang tersembunyi dan belum dikenal karena makhluk belum diciptakan.  Keberadaan Tuhan masih ghaib.  Tatkala Tuhan menyatakan kehendaknya maka Tuhan bersabda Kun ( Jadilah ).  Pada saat sabda  ini diucapkan olehNya maka terwujudlah Nur Muhammad ( Hakikat Muhammad ).   Nur Muhammad merupakan tajalli ( percikan ) dari Zat Allah.  Sifat Nur Muhammad  adalah Kamal ( sempurna ).  Nur Muhammad adalah pangkal terbentuknya alam ini.  Setiap makhluk mengandung unsur Nur Muhammad dan hanya manusialah yang Nur Muhammad paling tinggi dan terang sehingga mampu mencapai rohani yang tinggi pula.
Kata Sheikh Muhammad Samman manusia hidup karena dalam dirinya ada kehidupan yang disebut roh yang dipercikan dari Nur Muhammad.  Dalam Al Quran disebutkan Dia ( Allah ) meniupkan sebagian dari RohNya. Makna dari ayat ini, Roh merupakan percikan dari Nur Muhammad sekaligus merupakan tajjali ( percikan terang ) Zat Allah.
Manusia yang aktivitas hidupnya hanya disekitar  jangkauan materi sedangkan pesan-pesan Tuhan diabaikan , maka roh kehidupannya disebut ruh duuna maknawi hidup tak bermakna.  Para Auliyah adalah orang-orang yang berhasil mencapai hakikat hidup karena mereka mampu mengfungsikan Nur Muhammad di bawah bayangan jamal ( keindahan ) Allah yang merupakan lambang dari kesetiaan dan ketaatan akan pesan-pesan Tuhan.  Karena itu kehidupan para aulia, dipandang sebagai ruh maknawi, kehidupan yang bermakna. 
Untuk mencapai tingkat keaulian menurut Sheik Muhammad Samman harus menjalani tasfiyat ( penyucian diri ) diantaranya dengan melakukan  takhalli ( pengosongan diri dari perangai rendah ) dan tamalli ( pengisian diri dengan perangai-perangai terpuji ).  Akhirnya ia memperoleh tajjali ( masuknya bayangan Al Haq dan Al Khalq ke dalam hatinya.  Jalan yang ditempuh dengan melalui zikir. Zikir adalah serangkaian ucapan – ucapan yang teratur  dengan berbagai tata cara pengucapannya diajarkan guru atau syekh kepada muridnya dan merupakan salah satu bagian  dari tarikat  atau jalan yang dilalui murid untuk membersikan hatinya sehingga tidak ada lagi di dalamnya selain Allah. Menurut Ko Badiana ( La Ode Muhammad Idrus Kaimuddin ) lafas zikir yang paling mulia adalah lafal “ Laa ilaha illa Allah “ yang di dasarkan atas hadist Nabi yang artinya : Yang termulia ucapan saya dan nabi-nabi sebelum saya adalah “ Laa ilaha illa Allah “.  Ada dua jenis zikir yang senantiasa dilakukan, yaitu zikir dengan hati ( qalb ) dan zikir dengan lidah.  Zikir pertama dilakukan dengan menenangkan hati lalu menghilangkan segala sesuatu yang dihati selain Tuhan. Sedangkan zikir yang kedua dilakukan dengan mengikuti  sejumlah tata tertib ( adab ).
Seorang yang telah mencapai tingkat keauliyaan  tak peduli lagi dengan alam materi dan hanya zikir kepada Tuhan, akan menjadikan sakr ( mabuk rohani ).  Pada tingkat ini akan dapat melihat kesempurnaan Tuhan yang terurai  menjadi keagungan dan keindahanNya.  Pada mereka yang telah mencapai tingkat fana dan baqa akan merasa bahwa Tuhan akan menjadi tangannya apabila berbuat, Tuhan menjadi pendengarannya bila ia mendengar, Tuhan akan menjadi penglihatanya bila ia melihat danTuhan akan menjadi kakinya apabila ia berjalan.   Wassalam.

1 komentar:

A. Fudail mengatakan...

Dalam ajaran khalwatiyah konsep wahdatul wujud ibnu arabi menjadi satu dokrin yang di amalkan.dimana Alam semesta merupakan bayangan sang maha pencipta jadi keberadaan bayangan tidak mungkin ada tanpa adanya yang memiliki bayangan itu.

Posting Komentar

Tolong Komentarnya. Terima Kasih